Lima kali sudah warga menyelamatkan bekantan hanyut di Sungai Mentaya, Kecamatan Seranau, Kotawaringan Timur, Kalimantan Tengah, dalam empat tahun terakhir. Bekantan-bekantan itu diduga nekat menyeberangi sungai, ke luar dari hutan hendak menuju permukiman warga.
Satwa endemik pemilik nama latin Nasalis larvatus itu diduga mulai kesulitan mendapatkan makanan di habitat aslinya. “Ini cukup memprihatinkan karena bisa mengancam populasi satwa langka tersebut,” kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah, di Sampit, Kamis 5 Agustus 2021.
Muriansyah mengungkap itu usai peristiwa terkini bekantan diselamatkan dari sungai pada Rabu lalu. Bekantan betina remaja itu kemudian dilepaskan kembali di habitatnya. Hutan di Seranau dikenal sebagai habitat satwa langka dengan ciri khas hidung besar dan panjang tersebut
Sebelumnya bekantan itu diselamatkan dua orang motoris kelotok bernama Alus dan Johan. Mereka melihat bekantan hanyut di tengah Sungai Mentaya. Saat di tengah sungai, bekantan diduga kelelahan dan nyaris tenggelam. Beruntung Alus dan Johan melihat dan menyelamatkannya.
Keduanya kemudian melaporkan kejadian itu ke BKSDA. Saat diperiksa, tidak ada ditemukan luka pada tubuh bekantan. “Dugaan awal kami, terjadi kerusakan habitat bekantan sehingga mereka berusaha mencari makan ke tempat lain namun bekantan itu salah menyeberangi sungai,” kata Muriansyah.
Muriansyah mengapresiasi dan berterima kasih karena kesadaran masyarakat cukup tinggi untuk ikut menyelamatkan satwa langka tersebut. Buktinya warga yang umumnya motoris kelotok yang menemukan bekantan hanyut tersebut langsung menyelamatkannya dan melaporkannya ke BKSDA.
“Kami mengimbau kepada warga yang memelihara atau menemukan satwa dilindungi segera melapor ke BKSDA Sampit. Selain untuk menyelamatkan satwa tersebut, ini juga agar warga tidak sampai tersandung masalah hukum,” kata Muriansyah sambal menambahkan, satwa dilindungi, termasuk bekantan, yang dipelihara selain di habitatnya, juga rawan mati.