Sastrawan Goenawan Mohamad menggelar pameran seni rupa bertajuk Di Muka Jendela: Enigma. Selain itu, ia juga meluncurkan buku berjudul Rupa, Kata, Objek, dan yang Grotesk.
Kurator dan penyunting buku tersebut, Hendro Wiyanto mengatakan pameran seni rupa tersebut merupakan dari seorang penyair yang selama lima tahun terakhir lebih intens melukis dan membuat sketsa. “Pameran seorang penyair yang mungkin tidak cukup hanya dengan kata-kata,” kata Hendro dalam pembukaan pameran secara virtual, Jumat, 30 Juli 2021.
Hendro menilai bahwa Goenawan Mohamad (GM) percaya kata-kata tidak bebas sepenuhnya dari imaji. Dia mengatakan entah dari mana imaji itu selalu menusuk dalam kata-kata dan kalau melihat kata semua pasti tidak akan terlepas dari rupa.
Hal itu yang menurut dia, menggugah penyair untuk menuliskan puisinya. “Saya mencatat pernyataan Mas Gun (Goenawan Mohamad) dalam katalog (Pameran bersama Hanafi) bahwa sudah saatnya hubungan antara puisi dan seni rupa menjadi dekat kembali,” ujarnya.
Hendro mengatakan bahwa menyiapkan buku itu ada keinginan untuk menjelaskan pergulatan Goenawan Mohamad dalam konteks seni rupa. Seni rupa dalam artian, tak harus dimaknai dengan karya, tapi juga pikiran-pikiran, serta perbincangan tentang seni rupa.
Ia menilai buku ini mungkin buku seni rupa dengan ilustrasi atau foto-foto karya paling banyak. “Dalam satu esai bisa 10-15 karya seni rupa dan mengaitkannya dengan estetika, filsafat seni, identitas, hubungan seni dan politik dan sebagainya. Mungkin hanya bisa disaingi dengan buku koleksi bung Karno (Soekarno),” kata Hendro.
Pada kesempatan itu, Goenawan mengatakan pameran yang digelar saat memasuki usia 80 tahun ini merupakan upaya melanjutkan sejarah kreatif bangsa agar tidak punah.
“Jadi apa yang bisa diberikan oleh mereka yang muda atau tua pada kesenian, kesenian saya atau orang lain. Yang saya kerjakan hanya melanjutkan sejarah kreatif bangsa kita supaya tidak mati,” kata Goenawan.
Dia mengatakan dalam proses penciptaan karya dibutuhkan diam. Karena dalam diam ada suatu meditatif yang diperlukan yang dinilai tidak dramatis, tidak luar biasa, tapi ada suatu momen yang diperlukan, seperti mengheningkan cipta.
“Di sana bisa timbul macam-macam. Ini semacam kebatinan, tapi tidak seserius itu,” ujar dia.
GM menuturkan beberapa tahun ini mulai merumuskan bahwa keindahan yang indah itu bukan apik, cantik atau molek. Namun sesuatu yang menyiapkan kita untuk mengalami yang tidak terduga-duga, kejutan dalam pengalaman, dan keindahan selalu ada kebaruan.
Adapun pameran ini berlangsung di Salihara Art Center dan Nadi Gallery. Di Salihara Art Center akan berlangsung satu bulan dari 29 Juli sampai 29 Agustus 2021. Sedangkan di Nadi Galerry akan berlangsung selama dua bulan, dari 29 Juli-29 September 2021.
Pecinta seni dan pemilik Nadi Gallery, Biantoro Santoso, mengatakan pameran seni rupa Goenawan Mohamad menampilkan lukisan di atas kanvas besar sebanyak 50 dan drawing ada lebih dari 120 karya.
HENDARTYO HANGGI